Walaupun telah dilepas setidaknya enam bulan lalu, saya mendapati bahwa baru belakangan ini, lagu-lagu dari Kunto Aji, Hindia, dan Pamungkas tiba-tiba marak dikumandangkan di ruangan tempat saya menghabiskan waktu sebagai seorang karyawan. Kurang dapat dipastikan siapa yang awalnya menemukan dan mulai memperdengarkan lagu mereka melalui pelantang, tapi yang pasti saya bisa dicoret dari daftar tersangka.
Teman lain di suaka suara mengaku mengalami kejadian yang serupa membuatnya merasa senang, tapi bagi saya, mendapati orang lain baru mulai menggemari lagu-lagu yang sudah jauh lebih dahulu saya sukai menimbulkan perasaan kesal. Baik, sampai di sini rasanya jiwa snobbish saya mulai kembali menampakkan dirinya.
Mencoba menepis hal tersebut dan lebih memahami kondisi yang tengah terjadi, saya mulai memperhitungkan kemungkinan bahwa kecepatan orang dalam menemukan musik baru mungkin saja memang berbeda-beda. Saya menduga bahwa perilaku dalam menemukan musik baru secara umum dibagi ke dalam dua golongan, yakni aktif dan pasif. Setelah saya telusuri, pemikiran ini ternyata juga telah dibahas dalam artikel berikut.
Salah satu teman saya yang termasuk dalam kelompok yang disebutkan dalam paragraf awal, misalnya, menyiratkan bahwa “Secukupnya” mulai lebih familiar setelah turut ditempatkan dalam barisan lagu pengiring dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Dugaan saya, hal tersebut mungkin lantas menjadi penyebab ia mulai menemukan Kunto Aji dan Pamungkas, yang dapat dikatakan serumpun. Cara penemuan ini tentunya cukup berbanding terbalik dengan saya, yang memang selalu mencari album-album baru untuk saya dengarkan sendiri dan bahkan terkadang juga saya jadikan bahan rekomendasi.
Namun, setelah direnungkan lebih lanjut, saya akhirnya harus mulai menyadari bahwa saya juga pernah berada dalam posisi “si telat” dan bahkan sepertinya masih mungkin terjadi. Dahulu, saya adalah orang yang cukup terlambat tahu dan/atau keranjingan My Chemical Romance dan Paramore, jika dibandingkan dengan mereka yang berbagi tahun angkatan yang sama. Saat ini, saya mungkin sudah terlambat untuk tahu dan keranjingan band yang beberapa menit ke depan baru saya dengar nama dan musiknya.
Pemikiran lanjutan tersebut pada akhirnya membuat saya merasa bahwa merasa lebih superior dari orang lain tidaklah pantas dilakukan, kali ini khususnya dalam hal pengetahuan musik. Kalau dipikir-pikir lagi, siapa juga sih yang bisa tau semua musik yang sudah beredar? Anthony Fantano saja belum tentu tahu ada musisi dengan moniker Hindia. Lantas kenapa kalau ada yang tahu namun lebih lambat? Bukannya bagus kalau akhirnya kita bisa bersama-sama menggemari seorang musisi dan karya-karya mereka?
Kalau menurut kalian bagaimana?
— Dari Adrian untuk suara suara
Tema apa lagi ya yang menarik untuk dibahas? Sila usulkan kepada kami via Twitter maupun Instagram. Surel juga boleh! Atau bisa juga tinggalkan komentar kalian.
Kalau kamu suka dengan suara suara edisi ini, mungkin sebaiknya kamu bagikan juga ke temanmu! Minta mereka daftar juga, ya!